Friday, May 13, 2016

Penjarangan Hutan

Dalam suatu tegakan ada beberapa indikator, namun indikator ini tidak mesti semua adalah dalam tegakan. Indikator tersebut meliputi persaingan tajuk, distribusi diameter dan kerampingan pohon.

Persaingan tajuk, dalam suatu tegakan terdapat sekumpulan pohon dari berbagai kelas diameter dan kelas tinggi yang saling bersaing dalam pertumbuhannya. Pohon-pohon tersebut dapat dibagi dalam kelas sosial. Klas sosial yang umum dipakai adalah klasifikasi pohon menurut Kraf berdasarkan kedudukan tajuk, membagi pohon menjadi 5 klas:

  • Pre dominan
  • Dominan
  • Co-dominan
  • Tertekan
  • Sangat tertekan

Distribusi diameter (pada hutan tanaman).Distribusi diameter pada hutan tanaman dengan umur sama, waktu tanam sama, dan jenis sama, kelihatan dari penampakan hampir homogen, tetapi sesungguhnya distribusi diameter tidaklah sama, bahkan hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi diameter sangat bervariasi dari pohon satu dengan pohon lain sebagai penyusun tegakan, sehingga penjarangan diperlukan.

Persentase tajuk. Persentase tajuk adalah perbandingan antara panjang tajuk (PT) dengan tinggi (h). Semakin besar tajuk, pertumbuhan semakin besar, karena terdapat dapur untuk asimilasi. Jika persentase tajuk kecil, maka pertumbuhan semakin menurun, Oleh karena itu perlu memberikan ruang tumbuh dengan penjarangan supaya kualitas tegakan meningkat.

Kerampingan pohon/kekekaran pohon

(slenderness ratio, schlankheit grad). Semakin besar tinggi dibandingkan diameter, semakin ramping. h/d

  • h/d <80 hijau, aman
  • h/d 80 -100 ; peringatan (warning), kurus perlu suplemen
  • h/d > 100, harus ada suplemen. Tidak ada suplemen dengan pupuk,

Suplemen ini bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa, melalui penjarangan, untuk meningkatkan kualitas tegakan.h/d belum banyak dimanfaatkan, karena adopsi dari 4 musim di luar negeri.Musim dingin, tajuk ditutupi oleh salju, kalau terlalu kurus bisa patah, pohon (penyusun tegakan) yang diterpa angin salju bisa tumbuh miring sehingga kerapatan pohon disebut juga kestabilan pohon.

Jenis kecepatan tumbuh, apakah tumbuh cepat (fast growing) atau tumbuh lambat (slow growing). Satu atau lebih dari keempathal tersebut di atas secara opsional sudah mewakili.

Metode penjarangan Perhitungan hasil yang diperoleh ekonomis atau tidak. Di HTI, beda dengan jati.Pre Comercial Thinning. Penjarangan yang tidak komersil diharapkan dapat menghasilkan uang untuk menutupi biaya. Pre commercial thinning tidak meningkatkan riap. pohon-pohon berdiamater besar, lurus atau pohon-pohon cantik.Karena tidak dimanfaatkan oleh perusahaan?

Manfaat peneresan dan peracunan > penebangan langsung dalam penjarangan. Sebetulnya dari hasil kayu, penjarangan (penebangan penjarangan) tetapi hasil kayu tidak dimanfaatkan. Di Jawa semua tanaman (termasuk kayu penjarangan) diambil. N akhir : 1. Tabel hasil 2. SDI. 3. Penutupan

Target yang paling mudah adalah menentukan sekian pohon perhektar. Diameter adalah target akhir daur. Diameter 40, 50,atau 60. Berapa pohon perha pada akhir daur. 1.Tabel Hasil : umur, bonita, peninggi, tegakan tinggal, berkaitan dgn CAI dan MAI. 2.SDI (Standar Density Indeks) 1110 - 400, riap meningkat setelah penjarangan. 600 – 4000, umumnya tanaman mempunyai kerapatan (density) 0,7 – 0,8.

Kerapatan menggambarkan besarnya ruang yang di tempati pohon-pohon di dalam tegakan dan dinyatakan sebagai ruang yang ditempati oleh batang. Karena itu jumlah pohon persatuan luas lahan (biasanya hektare), atau N/ha menggambarkan kerapatan dari suatu tegakan. Parameter lain kerapatan tegakan adalah LBDS (luas bidang dasar) per hektare (Nurkin, B, 2012).

Indikator dari kerapatan ada 3 yaitu : (1) N/ha, (2) G/ha, (3) Volume/ha.

Indikator kerapatan yang paling mudah adalah jumlah pohon, N/ha, kemudian Luas bidang dasar, G/ha, sedangkan yang paling sulit adalah Volume/ha.Kelebihan N/ha adalah paling mudah dan paling sederhana dibanding G/ha dan Volume/ha, sedangkan kelemahan dibanding G/ha adalah jumlah pohon tidak bisa meningkat.Misalnya Acacia mangium umur 3 tahun N/ha =1.000

Terdapat dua luas bidang dasar, G/ha, yaitu G aktual dan G normal. BaikN/ha dan G/hadapat mewakili kerapatan, tetapi kelebihan G/ha dibanding N/ha adalah lebih obyektif dibanding N/ha. Mengapa demikian, karena lebih obyektif daripada N/ha,karena luas bidang dasar bisa meningkatsedangkan jumlah pohon tidak pada hutan tanaman.G/ha dilakukan dengan cara pemupukan. Sementara itu, kelemahan G/ha lebih rumit daripada N/ha.

Kasus, bagaimana menentukan diameter apabila setinggi dada suatu pohon yang banyak tumbuh lebih dari satu secara berumpun, maka dihitung 1 pohon.

Luas bidang dasar secara logika tidak pernah menurun, minimal tetap. Contoh, jika suatu pengukuran leda pengukuran waktu ke-1 = 18,4 m2, pengukuran waktu ke-2 = 18,1 m2, maka dianggap pengukuran kedua sama dengan pengukuran pertama = 18,4 m2 bukan 18,1 m2.

Menurut Assmann yang dikenal sebagai bapak growth and yield, bidang dasar dibagi menjadi 3 yaitu : (1) bidang dasar maksimum (2) bidang dasar optimum, dan (3) bidang dasar kritis.

Pertama,bidang dasar maksimum adalah bidang dasar yang dicapai suatu areal tertentu didalamnya belum pernah ada perlakuan, kecuali ada kematian secara alami (natural mortality). Misalnya,1 ha hutan tanaman leda (E. deglupta) umur 2 tahun dengan jarak tanam 3x3 m, maka bidang dasar 6,2 m2/ha, inilah yang disebut bidang dasar maksimum.Sebagai perbandingan di hutan alam bidang dasar maksimum dapat mencapai 35 m2/ha.Kedua, bidang dasar optimum di hutan alami yang virgin diasumsikan bahwa riap = 0. Kalaupun hutan itu tidak dikelola karena pohon yang besar tumbang, kehilangan riap dari pohon besar diimbangi dengan tumbuhnya semai yang kecil sehingga sering disebut riap nol. Tegakan yang riapnya nol termasuk tegakan yang riapnya masih lebih besardibandingkan dengan terjadinya miskin riap pada hutan tanaman yang dibiarkan.

Segala daya upaya untuk meningkatkan riap untuk meningkatkan pendapatan dengan penjarangan, dapat di lihat hubungannya, sebagai berikut: Pendapatan ß Harga kayu ß riap ß pengelolaan hutan ß kualitas tegakan ß keluasan ruang tumbuh ß Penjarangan.

Pendapatan dipengaruhi oleh harga kayu, harga kayu dipengaruhi oleh riap, riap dipengaruhi oleh pengelolaan hutan, pengelolaan hutan dipengaruhi oleh kualitas tegakan, kualitas tegakan dipengaruhi oleh keluasaan ruang tumbuh, dan keluasan ruang tumbuh ditentukan oleh penjarangan.

Segala upaya pengelolaan hutan dimaksudkan untuk meningkatkan riap.Di hutan produksi, riapnya dapat ditingkatkan dengan peningkatan volume kayu. Sedangkan peningkatan riap di hutan lindungdapat dilakukan dengan peningkatan fungsi lindung melalui peningkatan fungsi tata air. Karena secara kualitas riap diberbagai fungsi hutan bermacam-macam upaya. Dengan adanya SPAS, pengamatan terhadap tingkat kekeruhan. Semakin tinggi tingkat kekeruhan menunjukkan semakin besar terjadinya penurunan riap dihutan lindung. Sementara itu, penurunan riap dihutan konservasi ditandai dengan penurunan keanekaragam (biodiversity).Kalau di hutan tanaman dibiarkan, maka akan terjadi miskin riap. Upaya yang dilakukan adalah bagaimana mengelola volume kayu untuk tidak miskin riap, maka perlu diberikan ruang tumbuh dengan penjarangan.Bidang dasar optimum adalah bidang dasar suatu tegakan yang menghasilkan suatu riap yang maksimal.Bidang dasar optimum diukur dengan bonita. Bonita mempengaruhi pertumbuhan, karena bonita berhubungan dengan peninggi dan umur. Kalau umur dan peninggi sama, maka secara ilmu pertumbuhan adalah sama. Kalau mau bandingkan hasil tersebut, ukur bonita.

Bidang dasar kritis adalah bidang dasar yang menghasilkan riap < 15 % dari bidang dasar optimum, misalnya bidang dasar optimum 2,6 maka turun 5 % menjadi bidang dasar kritis 2,47 m2/ha. Tegakan yang berdaun lebar (erche), daunnya gugur selama musim gugur dan musim dingin. Tegakan ini berumur sampai 200 tahun dengan bidang dasar mencapai 27 m2/ha. Sementara itu, tegakan yang berdaun jarum (fii), daunnya tidak gugur setelah mengalamimusim gugur dan musim dingin, berumur hanya 100 tahun dengan bidang dasar 48 m2/ha. Jadi, disimpulkan bahwa bidang dasar maksimum adalah bidang dasar yang mungkin dihasilkan oleh suatu tegakan dari pohon-pohon hidup sejenis, sedangkan bidang dasar optimum yang menghasilkan paling tinggi. Sementara itu, bidang dasar kritis 95 % menghasilkan riap (< 5 % dari optimum). Pada hutan alam dapat digunakan untuk menentukan elastisitisitas(1x3)/10.000=3.300 ha dari 50.000 ha

Indikator kerapatan yang ketiga adalah volume/ha. Volume /ha sulit dilakukan. Suatu pertanyaan mengemuka, mengapa pohon-pohon dihutan yang mengalami empat musim lebih lambat mati dibandingkan dengan dihutan tropis. Jawabnya, karena dalam 1 tahun dihutan yang mengalami 4 musim hanya 3 bulan berfotosintesis. Waktu berfotosintesis yang lebih singkat dibanding di daerah tropis bertalian erat dengan suhu, baik suhu optimum, maksimum danan minimum yang lebih singkat mendukung pertumbuhan pohon sehingga peningkatan riap lambat, dimana pohon-pohon memiliki kesiapan untuk menyesuaikan diri dari setiap pergantian musim selama masa dorman untuk menunggu fotosintesis lagi. Sementara itu. Pohon pohon dihutan tropis sampai 12 bulan berfotosintesis sehingga memacu riap lebih cepat sampai akhirnya daurnya lebih cepat. Adapun tindakan pemacuan riap untuk mempertahankan kualitas makanan bagi pohon adalah pemupukanatau pengapuran. Baik pemupukan yang ditujukan untuk tanah kurang subur maupun pengapuran untuk tanah kondisi masam dimaksudkan agar kesuburan tanah meningkat dan kemasaman tanah menurun sehingga meningkatkan pertumbuhan atau memacu riap.

PENINGKATAN KUALITAS TEGAKAN HUTAN TANAMAN

Ada dua cara untuk meningkatkan kualitas tegakan hutan tanaman yaitu peningkatan nilai dan peningkatan kuantitas.Peningkatan kualitas dengan cara peningkatan nilai dan kuantitas dilakukan dengan mempertahankan sumber “hutan”. Apa perbedaan pertanian dan kehutanan.Pertanian,areal yang sedikit, produktivitasnya banyak, 1 ha dapat ditingkatkan produksi dari 3 ton menjadi 8-10 ton/ha. Sedangkan tanaman kehutanan, khususnya di HTI untuk 1 ha Sengon umur 8 tahun rataan mencapai 150 m2/ha. Jika 150 m3/ha x harga kayu Rp.300.000 x 1m3 = Rp 45 juta/ha. Dengan luas lahan kehutanan berkurang, masih diperoleh 150 m3/ha. Kuantitas yang dicapai bukan karena peningkatan lahan hutan, tetapi produktivitas berkurang, sehingga kualitas juga akan berkurang.

Spidel memperkenalkan istilah kelestarian statis dan kelestarian dimanis. Kelestarian statis dilihat dari luas hutan, sedangkan kelestarian dinamis dilihat dari produksi yang semakin menurun, Adakah kaitannya dengan penurunan riap?

Kelestarian statis adalah melestarikan suatu keadaan :a) areal hutan merupakan kapital (modal) mempunyai nilai uang dan yang tidak dapat dinilai dengan uang, b) plasma nutfah, c) tegakan (stand), d) nilai tegakan, e) modal, f) tenaga kerja. Sementara itu, kelestarian dinamis adalah melestarikan suatu produktivitas.a. riap (kelestarian hasil). Ibarat darah bagi manusia (4 ltr dalam tubuh), b. Hasil kayu, meliputi massa dan kualitas dari tegakan hutan tiap tanaman mengecil.Bukti : Banyak HPH tutup karena produksi tidak lestari. Ada pabrik plywood yang tidak punya HPH, Di ana diambil bahan baku kayu ? Mungkin dari kayu gelendongan, secara legal atau illegal.c. Hasil ekonomi, d. Rentabilitat, e. Produktivitas Kerja, f. Infra struktur : - sumberdaya, -hutan lindung. sumber air semakin berkurang. Wisata di Jepang, musim melihat bunga sakura sekali setahun, disebut Hanami, kenapa kalau terbatas, terasa nikmat?, dan g. fungsi lain.

Persyaratan kelestarian :

1. Luas pengusahaan minimal. Luas pengusahaan minimal tergantung dari jenis, kesuburan, kelas hasil daur. Di Eropa : 50 – 150 ha, HTI, kebun ? H.alam ? HTI-trans 4.000 ha, luas efektif x 8 th = 5.000 ha = tidak ekonomis, yang ekonomis 15.000 ha. Luas lahan petani rata-rata 0,25-5 ha, tidak ekonomis, yang ekonomis 10 ha.Luas penggunaan minimal dapat dipengaruhi oleh riap. Riap yang makin tinggi, daur makin pendek, maka luas akan menurun. Bila luas penggunaan minimal tidak layak untuk lestari, maka dapat digabung 5.000-6.000 ha untuk pabrik CPO (pabrik kelapa sawit), maka berlaku kebun inti 2.000 ha, kebun plasma 3.000- 4.000 ha.

2. Kapasitas minimal Kapasitas minimal mempunyai target yaitu batang harus lurus, mempunyai tinggi dan diameter tertentu supaya laku dipasar. Ketenagaan (karyawan, teknik, dan manager) memiliki persyaratan tertentu agar tugas dapat berjalan dengan baik, Peralatan yang diperlukan, alat transportasi dan jumlah peralatan yang minimal. Contoh untuk HTI seluas 3.000 ha minimal memiliki seorang polisi khusus (polsus).

3. Usaha reforestation Tanah kosong bekas pembalakan harus segera direhabilitasi dengan dana reboisasi adalah syarat utama tercapainya kelestarian luas dan hasil. Terutama dihutan tropis di mana tanahnya labil, dengan jenis Latosol di Kalimantan Timur merupakan tanah miskin hara karena mudah tercuci. Pada daerah yang subur jenis yang cepat tumbuh justru harus ditanam. Sebagai contoh kasus dalam pelaksanaan pengayaan/rehabilitasi yang diatur dalam TPTI......Perlu dilengkapi SKSHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan). 4. Kepastian produksi. Kontinuitas produksi dan kelestarian infrasturktur akan terganggu bila kapasitas produksi tidak tercapai. Usaha melalui: pemilihan jenis yang sesuai atau berdasarkan bonita, penataan kawasan, dan perlakuan silvikultur. 5. Mempertahankan kemampuan produktivitas lahan. Kontuinuitas produktivitas hutan dipertahankan. Faktor terpenting adalah usaha melalui pemilihan jenis, misalnya dengan kembali menanam jenis lokal, perlakuan silvikultur, perbaikan tanah, pemupukan dan reboisasi.

Keseimbangan panen dan riap. Misalnya di hutan alam, ditanam 1.000 pohon maka dipanen juga 1.000 pohon. Sementara itu, di hutan tanaman, riap saja yang diambil. Namun, pada keadaan seimbang antara panen dan riap jarang tercapai atau memang tidak pernah tercapai.

4. Likuidasi yang terukur. Semua biaya untuk tujuan kelestarian harus pasti, artinya pengusahaan hutan harus mempunyai derajat/target yang akan dicapai, misalnya biaya satuan perhektar baik untuk hutan tanaman (HTI), maupun hutan alam, dsb. Misalnya luas 3.000 x 50 = 150.000 m3/tahun.AAC luas dan AAC volum.

6. Tapak adalah gugus yang terdiri atas berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan hutan. Tapak merupakan suatu abstraksi yg merupakan sintesis atau gabungan berbagai faktor lingkungan yang secara komprehensif sukar diukur. Ada 3 cara mengevaluasi kualitas tapak. (1) pendekatan langsung,(2) pendekatan tidak langsung, pendekatan dalam bentuk ”produksi hutan” aktual dari vegetasi yg bersangkutan.

Pendekatan langsung, yaitu dalam bentuk kualitas dan kuantitas dari berbagai faktor tapak seperti cahaya dan suhu yang mempengaruh pertumbuhan.

Pendekatan tidak langsung, yaitu dalam bentuk indeks yang menggambarkan kualitas atau kuantitas dari faktor tapak yang mudah diukur.

Pendekatan dalam bentuk produksi hutan aktual dari vegetasi yang bersangkutan, misalnya pertumbuhan tinggi dan volume. Penentuan tapak di hutan tanaman

Pada hutan tanaman tapak biasanya ditentukan dari besarnya peninggi. 1) Peninggi mempunyai berbagai definisi. Peninggi adalah tinggi rataan 200 pohon tertinggi per ha. 2) Peninggi adalah tinggi rataan 100 pohon tertinggi per ha. Definisi ini digunakan untuk hutan tanaman jati di jawa. 3) Tinggi Weise adalah tinggi rataan dari 20 % pohon berdiameter terbesar. Untuk hutan tanaman di Kalimantan Timur, peninggi tidak digunakan sebagai indikator riap untuk fast growing. N/ha (jumlah pohon per ha), BA/ha (Basal area per ha), rasio diameter(perbandingan antara diameter pada ketinggian 1,3 m dengan diameter pada ketinggian 0,5 m). Penentuan tapak di Hutan Alam Untuk hutan alam, penerapan konsep tapak suatu wikayah menyebabkan bisa lebih dari satu kualitas tapak. 1) pengklasifikasian berdasarkan residual suatu model acuan, 2) pengklasifikasian berdasarkan kurva tinggi suatu spesies. 3) pengklasifikasian berdasarkan informasi riap terdahulu. Tujuan akhir penentuan kualitas tapak adalah untuk menentukan kondisi riap. Teknik ini butuh data Petak Ukur Permanen (PUP).

No comments: