Monday, May 16, 2016

Jabon

1. Pohon Jabon

Dari berbagai penelitian dan penemuan yang di lakukan oleh para ahli tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan terhadap pohon jabon . Salah satunya adalah bahwa jenis tanaman ini, memiliki daya tahan yang kuat dalam pertumbuhannya. Selain itu, pohon Jabon mampu tumbuh di segala kondisi yang memiliki aneka ragam karakter, sehingga tidak memerlukan banyak adaptasi dalam pengembangannya. Dalam proses pembibitannya pun, bisa dilakukan dengan mudah sebab pohon Jabon tergolong sebagai tanaman yang mudah menyebar secara alami. Sehingga, selain bisa dikembangkan dengan cara buatan tanaman ini sangat mungkin secara alami di lahan pertanian. Pohon Jabon pun bisa dikembangkan pada jenis lahan yang dimiliki tingkat kekritisan tingg karena berbagai faktor alami maupun kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh (Chong 1965).

2.Teknik budi daya Tanaman Jabon yang mudah

Meskipun di Indonesia termasuk baru, jabon telah diketahui sejak lama karena di luar Indonesia Jabon merupakan jenis pohon budi daya dan komersial, khususnya di India. Dalam hal budidaya, tanaman ini dikenal cukup mudah karena tidak menuntut banyak perlakuan khusus. Jabon dapat diperbanyak dengan berbagai cara, baik melalui benih, setek, maupun kultur jaringan. Kelebihan lain dari tanaman jabon adalah tergolong tanaman yang cepat tumbuh dengan riap (pertumbuhan) diameter 7-10 cm per tahun clan riap tinggi 3-6 m per tahun. Perawatannya pun cukup umum, yakni hanya perlu dilakukan di awal penanaman hingg4 tahun kedua. Ketika memasuki tahun ketiga, kanopi atau tajuk tanaman Jabon sudah lebar sehingga gulma tidak tumbuh karena ternaungi oleh tanaman Jabon. Oleh karena itu, tanaman ini cenderung tahan terhadap serangan penyakit. Keunggulan lain dari budi daya Jabon adalah secara alami jenis ini memiliki batang yang lurus clan silindris dengan cabang-cabang kecii mendatar dan memiliki kemampuan pemangkasan alami yang tinggi sehingga batangnya bisa tumbuh dengan bebas dan tinggi.

3.Penyebaran Tanaman Jabon

Jabon memiliki sebaran alami yang luas, mulai dari India sampai Papua New Guinea, yaitu Nepal, Bengal, Assam, Ceylon, Vietnam, Burma, Semenanjung Malaya, Serawak, Sabah, Indonesia, Filipina, Papua New Guinea, Cina, dan Australia. Walaupun Cina bukan termasuk negara habitat asli dari Jabon, tetapi Jabon masih bisa tumbuh di sana. Di luar habitat alaminya, Jabon juga telah ditanam di Costa Rica, Puerto Rica, Afrika Selatan, Suriname, Taiwan, clan Venezuela. Di Indonesia sendiri, Jabon ternyata memiiiki daerah penyebaran alami hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Pohon jabon terbukti adaptif terhadap kondisi alam Indonesia. Oleh karena itu, dibandingkan dengan jenis-jenis pohon sekelasnya, seperti sengon (Falcataria moluccana) sinonim dari Paraserianthes falcataria, Jati Putih (Gmelina arborea), kayu Afrika (Maesopsis eminii), mindi (Melia azedarach), suren (Toona sureni), dan Kentang (Azadirachta excelsa), Jabon memiliki kelebihan lebih banyak. Hal ini karena jabon barang kali menjadi satu-satunya tanaman komersial yang pertumbuhannya cepat, penyebarannya merata secara alami Ii,impir di seluruh Indonesia, dan juga dikenal secara internasional.

4.Nilai Ekonomi Tanaman Jabon

Berdasarkan nilai ekonomisnya, Jabon merupakan jenis tanaman kayu yang berprospek baik karena pangsa pasarnya cukup baik, untuk dikembangkan sebagai hutan tanaman industri, hutan tanaman rakyat (di kawasan hutan pemerintah), maupun hutan rakyat (di lahan milik pribadi) karena bernilai ekonomis tinggi, memiliki pangsa pasar yang baik, daur relatif singkat dengan pertambahan riap rata-rata per tahun relatif tinggi, dan kualitas kayunya baik. Selain itu, permintaan pasar cukup tinggi, untuk keperluan domestik maupun ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan industri kayu pertukangan, kayu jabon dapat diperoleh dari pohon jabon umur 5-10 tahun, sedangkan untuk bahan baku industri pulp, kayu Jabon dapat dipanen dari pohon jabon umur 4-5 tahun setelah tanam.

Terdapat beberapa keuntungan dari penggunaan jabon sebagai tanaman jenis lokal untuk pengembangan hutan tanaman, di antaranya sebagai berikut :

  1. Bila tumbuh di habitat alaminya, memungkinkan akan tumbuh baik di hutan tanaman.
  2. Telah beradaptasi dengan lingkungannya dan merupakan niche ecology bagi berbagai flora dan fauna. Dengan demikian, jenis ini relatif tidak peka terhadap serangan hama dan penyakit karena telah ada predatornya.
  3. Walaupun dalam monokultur untuk konservasi flora dan fauna, jenis lokal lebih bernilai ekologis daripada jenis eksotik.
  4. Kegunaan kayunya telah diketahui oleh masyarakat karena jenis ini memiliki banyak manfaat, baik secara ekonomi maupun ekologi

No comments: